Jumat, 17 April 2020

Wayang: Kolong Wewe

Wawan Setiawan Tirta
Kisah Anak Kecil diculik Kelong Wewe (Wewe Gombel) di Balaraja

Tapi dongeng anak kecil diculik kelong masih  Wayang: Kolong Wewe
Ini tahun 2013, Mas Bro!!!

Tapi dongeng anak kecil diculik kelong masih “cetar membahana”, bergaung ke seantero Balaraja, mengundang ribuan orang berduyun-duyun datang ke lokasi, persis di Gedung SDN Desa Tobat, Kecamatan Balaraja.
Cerita kuno yang hidup kembali itu memang sudah berlalu (karena si anak hilang sudah kembali). Namun ada beberapa catatan yang lumayan lucu tapi tak perlu ditiru.
Bayangkan: di zaman gadget dan tukang ojek pegang Smartphone sekalipun, pikiran orang Balaraja masih gemar dengan takhayaul. Jadi, barang-barang moderen yang mereka miliki, ternyata tak meningkatkan kapasitas pikir dan olah logika, melainkan teuteup saja mistis. Malah, alat-alat canggih justru dijadikan ajang menyegbar-nyebarkan cerita palsu.
Desas desus bermula di sini:
Pengakuan seorang warga, bahwa ada anak kecil yang hilang, karena diculik kelong wewe (alias wewe gombel, sejenis setan jahat berambut panjang yang gemar menculik anak kecil). Sebagai dalih penguat kabar, diceritakanlah bahwa anak kecil yang diculik itu meninggalkan tas, sepatu, dan perlengakapan sekolahnya, di pojok Gedung SD (yang rada gelap dan bau pesing).
Lalu, jetar!!! Cerita jadi seru. Ribuan orang berdatangan. Puluhan ustadz, belasan dukun, dan ratusan tukang gosip bermunculan. Semua membawa klaim. Ada dukun yang yakin bahwa benar anak itu diculik kelong wewe, karena ia mendengar suara gaib, yaitu tangisan si anak hilang yang minta tolong.
Versi lain, ada Ustadz yang tak henti baca yassin di sekitar lokasi, dan percaya (serta bercerita kepada banyak orang), bahwa sesungguhnya anak kecil itu masih di situ, tapi tak terlihat mata, makanya tolong bantu doa, agar si anak hilang bisa kelihatan.
Tak kalah heboh… Datang pula pengakuan dari tim pemburu hantu, yang bertutur bahwa bukan hanya kelong wewe yang bermukim di gedung SD itu, tetapi juga demit, siluman dan kuntilanak. Hiyyyyy….
Hitung-hitung, cerita seram itu mujarab juga. Buktinya, hingga berhari-hari, ribuan orang terus berdatangan.
Lantas siapa yang untung? Tukang Mie dan Penjual Bakso. Hebatnya, para pedagang itulah yang justru jadi penyebar isu, menggosok para pengunjung dengan cerita-cerita yang berbeda, agar orang tambah penasaran dan terus berdatangan. Kalau sudah begitu, dagangan mereka pun tambah laku.
Anehnya, kisah mistis itu berbaur pula dengan spekulasi calo tanah. Lho, kok bisa? Kaitannya ada di sini: bahwa ada calo tanah yang kasak kusuk berupaya agar Gedung SD itu bisa dijual ke pemilik pabrik (yang ada di sekitar gedung SD, dan ingin perluasan lokasi). Karena warga tak setuju gedung SD itu dijual, maka dibuatlah cerita seram dan mengerikan, agar tak ada lagi masyarakat yang mempertahankan gedung SD itu, biar sekalian saja dijual ke pemilik pabrik. Itulah….
Catatan: Fakta sebenarnya, anak kecil itu tidak hilang diculil Kelong Wewe, melainkan dijemput oleh Om-nya, pergi ke Lampung, bertemu dengan Ibu kandungnya…

Sumber